Kampus Berdampak - Masih banyak mahasiswa yang menganggap publikasi di jurnal ilmiah adalah hak istimewa dosen atau peneliti senior. Pada...
Faktanya, mahasiswa yang mampu menerbitkan artikel di jurnal terakreditasi sejak kuliah bukan hanya meningkatkan nilai CV, tapi juga membuka akses beasiswa, peluang riset kolaboratif, dan jejaring akademik internasional.
Skripsi Bukan Akhir, Tapi Awal Untuk Tembus Publikasi
Satu kesalahan umum adalah membiarkan skripsi tersimpan rapi dalam repositori kampus tanpa pernah “diangkat ke permukaan”. Padahal, dengan sedikit penyusunan ulang, skripsi bisa diubah menjadi artikel ilmiah yang ringkas, terstruktur, dan relevan.
Langkah pertama? Pahami perbedaan antara struktur skripsi dan format artikel jurnal. Gunakan struktur IMRaD—Introduction, Methods, Results, and Discussion—dan pangkas bagian-bagian yang terlalu deskriptif.
Jika butuh panduan langkah demi langkah untuk konversi ini, kamu bisa mengakses panduan lengkapnya di sini.
Gunakan AI dengan Etika: Bantu Bukan Gantikan
Hari ini, teknologi seperti ChatGPT atau Grammarly dapat mempercepat proses penyusunan artikel—mulai dari merapikan bahasa akademik hingga menyusun draft awal. Tapi ingat, AI hanyalah alat bantu, bukan pengganti pemikiran ilmiahmu.
Gunakan AI untuk membuat prompt pengantar, merapikan kalimat pasif, menyusun abstrak dua bahasa, dan bahkan menjawab komentar reviewer secara sopan dan argumentatif. Dengan begitu, kamu bisa fokus pada substansi dan kejelasan argumen.
Menentukan Target Jurnal dengan Cermat
Sebelum submit, tentukan target jurnal yang sesuai. Jangan asal pilih. Kenali jenis jurnal—apakah nasional terakreditasi (SINTA), open access (DOAJ), atau jurnal internasional bereputasi seperti Scopus.
Pilih yang relevan dengan bidang studi dan pastikan artikelnya sesuai dengan scope jurnal tersebut. Banyak mahasiswa gagal bukan karena artikelnya jelek, tapi karena salah target. Gunakan daftar jurnal gratis dan akreditasi terbaru yang bisa kamu temukan di tautan ini.
Siapkan Diri Hadapi Reviewer: Ini Bukan Personal
Jika naskahmu masuk ke tahap review, selamat! Tapi jangan kaget jika komentarnya tajam atau revisinya banyak. Itu bagian dari proses. Reviewer bukan musuh—mereka pembaca kritis yang membantu memperbaiki kualitas artikelmu.
Kuncinya: jawab dengan sopan, gunakan struktur tanggapan sistematis, dan pastikan kamu menjawab semua poin dengan bukti atau alasan yang kuat. Bahkan ada prompt khusus yang bisa kamu gunakan untuk menyusun response to reviewer secara profesional.
Publikasi Bukan Cuma Tentang Submit, Tapi Juga Branding Ilmiah
Setelah artikel diterbitkan, promosikan karya kamu! Buat akun Google Scholar, ORCID, dan daftarkan diri di SINTA. Bagikan artikelmu di LinkedIn, grup mahasiswa, atau komunitas akademik agar bisa dibaca dan diacu oleh orang lain.
Ingat, semakin sering artikelmu dibaca, diunduh, dan dikutip, semakin besar kontribusimu di dunia ilmiah.
Jurnal ilmiah bukan ranah eksklusif dosen. Mahasiswa juga bisa menembusnya—asal tahu cara menyusun artikel yang tepat, memilih target jurnal dengan cermat, dan memanfaatkan teknologi secara etis.
Jangan tunggu jadi sarjana untuk mulai menulis. Kalau kamu ingin menjadikan skripsimu karya publikasi yang berpengaruh, kunjungi panduan praktisnya di sini. Karena publikasi bukan soal siapa, tapi soal siapa yang mau mulai lebih dulu.
Tidak ada komentar